Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resensi Buku Alkudus Karya Asef Saaeful Anwar: Agama Kaib Agama yang Asyik

resensi buku alkudus


Erelah adalah anaknya Mehrad yang kawin dengan Someroh anaknya Hakil anaknya Wajra anaknya Nakhnu anaknya Tibsah anaknya Milak anaknya Sikwa anaknya Zerkah anaknya Yahmur anaknya Lekhta anaknya Wasmed anaknya Lokat anaknya Keliat anaknya Riwama anaknya Nabasy anaknya Lehti anaknya Hujut anaknya Sittah anaknya Husah anaknya Filom anaknya Baikya anaknya Sibda yang kawin dengan Sana yang lahir dari rahim Esinar anaknya Dama dan Waha.

Itulah silsilah Erelah sang utusan yang tergambar jelas dalam kitab suci Alkudus pada halaman sembilan. Selain Erelah, terdapat nama-nama lain–yang meskipun tidak semua–menjadi tokoh-tokoh yang diceritakan Tuhan dalam Alkudus. Dari silsilah keturunan rasul agama Kaib itu, dapat disimpulkan bahwa semua umat manusia berasal dari nenek moyang yang sama, yakni dua manusia pertama di dunia: Dama dan Waha.

Erelah sendiri adalah perempuan yang menjadi rasul terakhir agama Kaib. Erelah diutus untuk menyampaikan firman Tuhan agar umat manusia dapat memetik pelajaran untuk dapat hidup dalam iman dan tekun berbuat kebaikan (2: 202). Firman-firman Tuhan tersebut kemudian disusun menjadi kitab Alkudus, kitab suci agama Kaib.

Alkudus berisi banyak cerita–baik rasul maupun bukan–yang memberikan pelajaran bagi pemeluk agama Kaib. Selain cerita tentang Dama dan Waha sebagai manusia pertama, ada Nabasy yang menyeru untuk tidak memikirkan pikiran orang lain. Ada Diris yang diuji dengan tidak memiliki keturunan. Ada Samis–anak Diris–yang menyeru kepada kaum Uasar agar tidak menyekutukan Tuhan dengan udara. Ada Yahmur yang membangun balai ibadat. Ada Bitua yang mengajarkan tentang jual beli. Ada Sajwan yang mengajarkan memelihara hewan. Dan masih banyak kisah-kisah lainnya yang menjadi pedoman bagi penganut  agama Kaib.

Meski begitu, Alkudus bukanlah kitab sebagaimana kitab. Ia hanyalah sebuah novel yang menyerupai kitab. Pada sampul buku karya Asef Saeful Anwar ini, tertulis bahwa buku ini adalah sebuah novel. Tapi sensasi membaca kitab akan didapat saat membaca halaman demi halaman. Bab per babnya diberi nomor  yang mencerminkan surah. Kalimat per kalimat juga diberi nomor yang mencerminkan ayat. Setahu saya bentuk seperti itu hanya pada kitab suci saja.

Dalam sebuah tulisan, Asef bahkan dituduh ingin menjadi Tuhan. Ia menciptakan manusia, menciptakan alam semesta, menciptakan surga dan neraka, mengutus rasul dll. Kuasa seperti itu memang hanya Tuhan yang punya. Coba tengok ayat-ayat di  bawah ini.

”Dan di surga pernah aku ciptakan manusia pertama agar keturunannya kembali ke tempat semula.” (3:17)

“Manusia adalah manusia, demikianlah ketetapan-Ku.” (4:132)

“Dan apakah yang mustahil bagi-Ku bila segala sesuatu dan setiap peristiwa dapat terjadi hanya dalam satu perkataan: deden.” (5:209)

“Demikianlah kami uji keduanya hingga mereka senantiasa mendoakan anaknya.” (7:70)

Kalimat-kalimat seperti itu mudah ditemukan dalam banyak bagian. Asef menghadirkan bahasa Tuhan dan cara-cara Tuhan sehingga untuk orang awam, buku ini sangat meyakinkan sebagai sebuah kitab. Kalau seumpama buku ini dijilid seperti kitab-kitab pada umumnya dan ada seseorang yang mendakwahkannya, maka sungguh agama Kaib ini berpotensi menghasilkan banyak pengikut sekaligus menghasilkan banyak kontorversi. Alangkah baiknya bacalah buku ini sebelum dilarang sebab membaca Alkudus memperlihatkan bahwa terdapat obsesi lain seorang hamba selain menjadi Tuhan, yakni menciptakan Tuhan.

Tapi Alkudus bukan soal ingin menjadi Tuhan ataupun melampaui Tuhan. Buku ini hanya ingin menyampaikan kisah-kisah yang bisa menjadi teladan bagi pembacanya. Cerita-cerita yang ada dalam Alkudus pun banyak yang sama dengan cerita keagamaan lainnya yang mungkin sangat sering kita dengar. Kisah Dama dan Waha sama seperti kisah nabi Adam dan Hawa. Kisah Ianat yang membunuh Manat sama seperti kisah Qabil dan Habil. Kisah Yahmur yang mendirikan balai ibadat sama seperti kisah nabi Ibrahim.  Bahkan Erelah sang utusan yang disebut dalam Alkudus, sama seperti kisah nabi Muhammad SAW. Dan masih banyak kisah lainnya yang sepertinya dicomot dari cerita yang sudah ada.

Keunikan buku ini hanya ada pada cara penyajiannya. Saya tidak tahu, apakah Asef adalah orang pertama yang melakukan cara penyajian seperti kitab atau bukan, tapi ini cara baru becerita yang tidak saya dapat dari novel-novel yang pernah saya baca sebelumnya. Dalam sebuah cuitan, saya  mengatakan bahwa Alkudus adalah novel paling eksperimental (bentuk) yang pernah saya baca.

Alkudus, Erelah dan agama Kaib hanyalah fiktif belaka. Tapi jika kita berandai-andai, seandainya itu didakwahkan, lantas bagaimanakah wajah agama Kaib itu? Mungkin ayat-ayat di bawah ini sedikit bisa menggambarkan.

“Dan cerita akan lebih menyentuh bagian-bagian itu (akal dan perasaan) daripada sekadar perintah dan larangan.” (2: 32)

“Maka Tuhan memilih cerita sebagai jalan firman. Di sisi-sisinya Tuhan sertakan perintah dan larangan sebagai petunjuk jalanmu menjadi lurus dan lempang. Mereka yang menempuh jalan itu pasti akan sampai pada kebaikan yang sempurna. Dan sungguh dia yang tahu jalan di langit tidak akan tersesat di bumi. Mereka akan sampai pada kebahagiaan yang berharga. Sebaik-baik kebahagiaan adalah yang dibagi, termasuk dengan bercerita (2: 36-40).


Dari ayat-ayat itu saja, saya percaya bahwa agama Kaib ini bisa menjadi agama yang mengasyikkan. Akan banyak kedamaian dan akan banyak kebahagiaan, sebab akan ada banyak dakwah dengan bercerita dan tentunya, itu tidak dengan marah-marah.  

Posting Komentar untuk "Resensi Buku Alkudus Karya Asef Saaeful Anwar: Agama Kaib Agama yang Asyik"