Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menantikan Kepunahan Uang Kertas dan Uang Logam

Sumber gambar: pixabay.com


Beberapa tahun terakhir, Bank Indonesia (BI) sedang gencar-gencarnya menggaungkan Gerakan Nasional Non Tunai atau yang disingkat GNNT. Bekerjasama dengan beberapa Bank nasional lainnya, gerakan ini bertujuan untuk meningkatakan kesadaran masyarakat dalam menggunakan instrumen non tunai. Jika masyarakat sadar akan manfaat dari instumen non tunai, maka hal ini akan mempermudah dalam mewujudkan less cash society, sebuah kelompok masyarakat yang menggunakan instrumen non tunai.

Instumen non tunai sendiri adalah pembayaran yang tidak menggunakan uang cetak seperti uang kertas dan uang logam. Instrumen non tunai terdiri dari Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), cek , giro, nota debet, dan e-money (uang elektronik). Jadi, untuk melakukan transaksi, kita tidak perlu lagi membawa uang dalam bentuk fisik, cukup menggunakan isntrumen-instrumen seperti diatas. Dalam perkembangannya kemudian, dikembangkan pula layanan yang memudahkan proses transaksi dengan intrumen non tunai ini, yakni berupa SMS banking, internet banking, cek elektronik dan sebagainya. Hal ini tentunya lebih efektif dan efisien karena transaksi dapat dilakukan di mana saja.

Tujuan untuk efektivitas dan efisiensi, memang menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi lahirnya instumen non tunai. Instrumen tunai yang selama ini beredar, seperti uang kertas dan uang logam dinilai kurang praktis sebab jika ingin bertransaksi dengan nominal yang besar, maka fisik uang yang digunakan harus banyak pula. Hal inilah yang membuat ketidaknyamanan sebab harus membawa uang dengan jumlah banyak. Kemudian, instrumen tunai tersebut juga sangat membebani negara  karena  membutuhkan biaya cetak yang nilainya tidak sedikit. Hal inilah yang membuat instrumen non tunai menjadi mengemuka karena dipercaya dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.

Manfaat lain dari adanya instumen non tunai ini adalah dapat mengurangi banyak tindak kejahatan. Banyak kasus pencurian dan perampokan yang terjadi yang disebabkan korbannya membawa banyak uang. Dengan beralihnya transaksi ke instrumen non tunai, maka kejahatan-kejahatan tersebut niscaya dapat diredam sebab uang tak lagi dibawa dalam bentuk fisik. Pemalsuan uang juga akan menurun dengan adanya instrumen non tunai ini. Apa yang mau dipalsukan jika uangnya dalam bentuk elektronik? Pelakunya pasti akan berfikir dua kali. Dengan mencermati semua itu, kita bisa melihat bahwa instrumen non tunai sebetulnya lebih praktis, aman dan nyaman ketimbang instrumen tunai yang ada saat ini.

GNNT yang digerakkan Bank Indonesia, sebetulnya sudah memperlihatkan hasilnya. Jika melihat kondisi saat  ini, transaksi non tunai memang sedang mengalami perkembangan cukup baik. Diawali dengan hadirnya alat pembayaran menggunakan kartu, seperti kartu debit, kartu kredit, kartu Automatic Teller Machine (ATM),  bank-bank kemudian  mengeluarkan uang elektronik mereka masing-masing. Bank Mandiri dengan E-cash, BNI dengan Tapcash, BCA dengan Flazz dan BRI dengan Brizzi. Belum lagi operator-opertor seluler juga tak mau kalah dengan mengeluarkan uang elektronik mereka. Indosat dengan Dompetku, Xl dengan Xl tunai, dan Telkomsel dengan T-Cash. Uang elektronik tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi seperti pembelian pulsa, bayar parkir, bayar tol, e-commerce (transaski online) bahkan untuk membayar tiket bioskop.

Akan tetapi manfaat transaksi non tunai belum dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hanya di kawasan perkotaan sajalah sebagian besar instrumen non tunai ini dapat digunakan. Hal ini diakibatkan fasilitas yang menunjang instrumen ini belum menjangkau seluruh wilayah di negeri ini. ATM  dan EDC (Electronik Data Capture) misalnya, tidak semua daerah-daerah di Indonesia memiliki mesin ini padahal kedua mesin ini sangat membantu berbagai proses transaksi-trasnsaksi non tunai. Jangankan kedua mesin tersebut, jaringan internet saja, yang berfungsi sebagai medium konektivitas bahkan belum menjangkau sebagian wilayah Indonesia. Bagaimana mungkin less cash society dapat terwujud jika fasilitas-fasilitas mendasar belum mampu dipenuhi. Untuk itu, disamping melakukan sosialisasi untuk membangun kepercayaan masyarakat akan instrumen non tunai ini, BI juga seharusnya melengkapi fasilitas-fasilitas yang ada. Dengan begitu, manfaat transaksi-transaski non tunai dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Terlepas dari hal tersebut, perkembangan uang-uang elektronik ini memunculkan pertanyaan apakah instrumen alat tukar seperti itu akan membuat uang cetak seperti uang kertas atau uang logam akan punah? Untuk menjawab hal ini kita bisa belajar dari perkembangan alat tukar dari masa ke masa. Pada awalnya, manusia melakukan tukar menukar barang (barter) guna memenuhi kebutuhan hidup yang tak dapat dihasilkan sendiri. Kemudian karena, dianggap menyulitkan, yakni sulitnya menyesuaikan kebutuhan dari kedua belah pihak, maka sistem barter kemudian digantikan dengan sistem uang barang. Dalam sistem uang barang, benda-benda tertentu dijadikan sebagai alat tukar, semisal kulit kerang, garam, tembakau, tembaga, dan lain-lain. Namun sistem ini memiliki kelemahan, yakni tidak memiliki pecahan dan benda-benda yang digunakan sebagai alat tukar mudah rusak. Hal ini membuat manusia pada saat itu memikirkan alat tukar yang mampu mengatasi masalah tersebut. Muncullah ide penggunaan logam. Logam seperti emas, perak, perunggu, tembaga, dan alumunium, yang tentunya lebih tahan lama dan tidak mudah rusak. Namun lagi-lagi uang logam ini dianggap menyusahkan karena sulitnya melakukan transaksi dalam jumlah besar. Maka dari itu diciptakanlah uang kertas yang lebih praktis. Uang kertas dan uang logam dalam perjalanannya mengalami perkembangan seperti yang kita gunakan hingga hari ini.

Mencermati dari sejarah  uang tersebut, kita dapat melihat bahwa alat tukar yang ada sebelumnya banyak memiliki kelemahan sehingga diperbaharui dengan alat tukar yang baru. Keefektivan dan keefisienan menjadi alasan utama kenapa sistem seperti barter dan uang barang tidak digunakan lagi. Jika ditarik kekondisi hari ini, uang kertas dan uang logam mengalami hal yang serupa. Kedua instrumen alat tukar ini dianggap tidak praktis lagi sehingga uang-uang elektronik dianggap pantas menggantikannya. Jadi bukan tidak mungkin uang kertas dan uang logam ini akan punah dikemudian hari. Ini mungkin hanya persoalan waktu, cepat atau lambat kedua uang cetak itu akan hilang juga ditelan kemajuan zaman. Tapi itu tak akan terjadi dekat-dekat ini, mungkin sepuluh, duapuluh, atau berpuluh-puluh tahun kemudian, ketika instrumen non tunai  digunakan secara luas. Tapi sebelum itu terjadi, alangkah baiknya simpanlah uang kertas dan uang logam kalian barang satu-dua buah. Ketika nantinya anak, cucu, atau piut kita bertanya, ceritakanlah bahwa dahulu pernah ada suatu masa ketika kertas dan logam digunakan untuk menghadirkan cinta.


Posting Komentar untuk "Menantikan Kepunahan Uang Kertas dan Uang Logam"