Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mereka Warna

Sumber gambar: pixabay.com

Masih aku terdampar di pucuk sang waktu kala mata warna serupa  merah di garis cakrawala.

Di ambang pintu, cahaya menjelma rupa masuk di antara kaca jendela.

Siluet wajah menampakkan diri di lantai putih yang mengambang di temaram remang-remang

dan kata yang lewat di celah  bibir menampar menerawang. Aku terkenang!

***

Aku menabur bunga-bunga di mata warna menjelang gelap membuka ruang,

ketika harapan menggantung di ujung tenggorokan yang termakan panggilan Tuhan.

Ke mana jadi aku membawa warna yang mengikat hati dengan tali?

Kutebar aroma manis dijalan warna yang tak terlepas dan tak pergi. Aku menanti!\

***

Sang waktu, berpendar hitam menghilang menyingkap liang.

Warna datang mengetuk, menarik terbang ke awang-awang.

Suara dan rona berjumpa puspa yang bercampur di perapian.

Impian memukul pundak menghilang menghangatkan. Aku menahan!

***

Bunga api tersulut, membakar kertas perjalanan.

Apa sebab? Warna tak kunjung bersuara. Warna terdiam.

Api membakar kenang, api membakar kelam bak raksasa dengan mata tajam.

Apa sebab? Warna tak kunjung ada, warna tak jua kata. Aku termenung!

***

Kemudian warna menghilang selepas gelap semakin kelam di hening malam.

Kegelapan diujung jalan memakan warna dengan jubah hitam kelam.

Warna lenyap semakin gelap semakin dalam tapi tak jua menghilang.

Kemudian warna menyapa diujung ingatan yang tak kunjung padam.

Sebuah kenang-kenangan dihampar warna diujung mata lesung pipi.

Warna terang semakin  terang tak jua sembunyi dikedinginan.

Kemudian warna bertolak, kemudian warna menyibak.

Di sini, aku masih menghasrat!


Posting Komentar untuk "Mereka Warna"