Air Terjun Parangloe: Antara aku dan Kebersamaan
Bagiku
alam itu keteduhan. Kesejukan api-api lentera
malam.
Bagiku
alam itu keindahan. Dari puncak kau memandang, dari dasar kau membuang,
segalanya kau merasakan Tuhan.
Alam
itu waktu yang terbuang. Dimulai dengan angan angan dan pergi dengan membawa
kenangan.
Alam
itu ikatan. Ikatanku dengan kebersamaan. Aroma sisa pembakaran, dan candaan
teman diperapian adalah jejak-jejak kerinduan.
Antara
aku dan dia tak ada retas yang batas, tak ada dinding pembatas.
Antara
aku dan dia adalah pelepas dahaga. Dahagaku akan beban-beban. Dahagaku akan
kesibukan.
Alam
itu misteri, penuh teka-teki. Menerka-nerka
apa sebab yang datang.
Padahal
suara-suara itu dari Tuhan, gerak-gerik dari sang pencipta alam.
Aku
mengimpi keadilan yang seharusya kupersembahkan kepada yang meberiku kehidupan.
Syukur
kepada Tuhan dan pegang erat sang alam adalah jawaban.
Gesekankiu
dengan Tuhan adalah gesekanku dengan alam.
Sapaanku
dengan Alam adalah sapaanku dengan Tuhan.
Aku
mengimpi keadilan. Karena hidup adalah, Kau, Alam dan Tuhan.
~Makassar,
22 Oktober 2015~
Saya
memiliki impian untuk travelling. Keliling Sulawesi, keliling Indonesia bahkan
keliling dunia. `mengunjungi tempat-tempat wisata atau tempat-tempat unik
lainnya di berbagai penjuru muka bumi. Naik gunung, tour motor ke kota-kota,
pantai pasir putih dengan airnya yang biru, air danau yang begitu banyak dengan
kawahnya yang luas adalah sebagian dari khayalan saya tentang travellig. Amazing
bukan! Jalan-jalan adalah salah satu
cara terbaik untuk menghabiskan waktu. Travelling menjadi Sesuatu yang
sangat menyenangkan. Terlebih jika dilakukan dengan orang-orang yang dekat
dengan kita. Keluarga, teman-teman ataupun pasangan misalnya. Dengan travelling
memberikan rasa kepuasan tersendiri kepada saya. Kepuasan yang memiliki aroma khas
yang berbeda.
Lantas
apa yang kau dapat dari travelling seperti itu? Hanya kepuasan semata? Tidaklah.
Paling tidak kita dapat pengalaman. Megendarai motor dengan jarak ber
kilo-kilometer adalah pegalaman, membawa tas besar yang berisi peralatan kemah
adalah pengalaman, berjalan dihutang dengan kaki yang sangat lelah adalah
pengalaman, memasang tenda, meyaring air, memasak makanan adalah pengalaman,
bahkan cerita dan candaan dengan kawan adalah pengalaman. Ada ungkapan yang
mengatakan bahwa “pegalaman adalah guru yang terbaik” maka travellig bisa
menjadi salah satu guru terbaikmu. Pengalaman-pengalaman itu akan membantumu
dan akan menjadi kenang-kenang di masa tuamu
Tak terkecuali kemarin, salah satu agenda jalan-jalan telah sukses saya lalui. Siangnya, saya dan teman-teman tiba kembali di Makassar setelah melakukan camping di kawasan Air Terjun Parangloe, Gowa. Tapi makna lainnya adalah itu berarti saya akan kembali ke rutinitas. Tugas-tugas kuliah yang menumpuk untuk dikerja, artikel-artikel yang terbuka untuk dibaca, ruang kuliah yang siap menunggu, dan tatapan dosen yang tajam siap menusuk.
Tak terkecuali kemarin, salah satu agenda jalan-jalan telah sukses saya lalui. Siangnya, saya dan teman-teman tiba kembali di Makassar setelah melakukan camping di kawasan Air Terjun Parangloe, Gowa. Tapi makna lainnya adalah itu berarti saya akan kembali ke rutinitas. Tugas-tugas kuliah yang menumpuk untuk dikerja, artikel-artikel yang terbuka untuk dibaca, ruang kuliah yang siap menunggu, dan tatapan dosen yang tajam siap menusuk.
Malam
ini pun akhirnya terasa berbeda. Jika sebelumnya saya duduk ditemani sepoi
angin malam, maka sekarang saya ditemani hembusan angin sang kipas angin. Jika sebelumnya
saya menghangatkan tubuh dengan bara api yang yang dibakar dari kayu-kayu yang
dipungut sendiri, maka sekarang ruang kamar menjadi penghangat yang setia. Jika
sebelumnya ditengah gelapnya malam saya ditemani cahaya bulan dan bintang, maka
hari ini cahaya bohlam lampu yang menempel erat dilangit-langit kamar menjadi
penerang yang begitu canggih. Malam itu penuh
dengan kesunyian, keheningan dan kehangatan yang jarang saya dapatkan.
Sedikit
cerita tentang air terjun parangloe ini, kami berangkat dengan jumlah sebelas
orang termasuk saya. Dua cewek dan sembilan
cowok. Kesemuanya adalah teman kelas saya dikampus. Enam sepeda motor adalah
kendaraan yang kami gunakan. Kami kemudian tiba dilokasi sekitar pukul tigaan
sore dihari rabu. Perjalanan sekitar satujaman dialaui sebelumnya dari kota Makassar
menuju arah Malino. Kemudian dari lokasi parkiran motor dengan lokasi air
terjun sekitar setegah jam perjalan kaki. Cukup melelahkan dengan jalan berbatu
dan cukup berdebu melewati kawasan hutan.. Sempat salah arah, tapi tak mengapa
cukup dinikmati. Ditengah perjalanan kami berjumpa pengunjung lain dari dalam
yang mengendarai motor. “ohh ternyata bisa naik motor” pikirku. Tapi mengingat
medan jalanan yang agak terjal berbatu, agaknya mereka terlalu memaksakan. Kami
sempat bertanya ke mereka mengenai lokasi air terjun. Mereka bilang banyak genangan, tak ada air yang terjun. “Aduh
nda keren ini” pikirku pertama setelah mendengar itu. Namanya juga air terjun,
yah mestinya harus ada air yang terjun dong agar dapat sisi indahnya. Tapi ahh
sudahlah, perjalan tetap berlanjut. Kami tiba sekitar pukul empat dilokasi. Terdapat
beberapa penjual minuman ternyata di
sekitar kawasan ini, menandakan bahwa tempat ini memang sering-sering
dikunjungi.
Kering.
Itulah kesan pertama yang saya dapat. Meskipun
terdapat aliran air, namun itu sangat sedikit. Sangat terasa kemarau panjang
membuat kawasan ini terkena dampaknya juga. Banyak genangan disana-sini. Suara
air yang terjatuh ada, namun hanya dibeberapa titik. Hanya dibeberapa titik air
masuk menusuk dicelah batu hingga mengalir kebawah. Kesan lain yang saya dapat adalah Batu. Iyah
Batu. Banyak batu-batu besar disana. Tepat setelah tiba dilokasi, saya langsung
menuju ke puncak. Sangat indah, hamparan batu-batu dibawah terlihat kecil. Tebing
batu-batu raksasa menjadi daerah aliran air hingga terjatuh kebawah. Tingginya
mungkin sekitar 50an meter dan lebar sekitar 20an meter. Saya bayangkan jika
debit airnya banyak, kawasan ini akan sangat indah. Hamparan batu-batunya
mengingatkan saya kepada “batu meqqappar” yang ada di Mandar. Agak berbeda
memang namun hampir serupa.
Lain
diatas, lain pula dibawah. Lepas dari puncak, kami bergegas menuju kebawah. Lereng
bukit yang curam dan terjal dan beban berat dipunggung membuat kehati-hatian dibutuhkan
untuk menuruni bukit tersebut. Dua buah bukit dikiri-kanan dan tebing tinggi
dihadapan membuat suara bergema. Lagi-lagi saya membayangkan jika debit airnya
banyak, akan sangat luar biasa tempat ini. Tepat sebelum maghrib dua tenda
sudah berdiri. Satu diatas batu besar dan satunya lagi diatas endapan pasir
sungai. Kompor disulut, makanan disiapkan. Kayu bakar dicari dan air untuk
konsumsi dibeli. Tak lupa, foto-foto dan seflie-selfie atau apalah namanya
menjadi bagian kehangatan sore itu.
Malam harinya selepas santap, waktu dihabiskan dengan bernyani-nyanyi, carita-cerita dan candan-candaan ditemani api unggun yang menghangatkan dinginnya malam. Suara-suara gesekan daun diterpa angin, suara pesawat lalu-lalang, dan cahaya bintang dan bulan menjadi teman lain dalam malam panjang itu. Yang saya suka dari hal semacam ini adalah, saya seperti tak punya beban. Semua serba mengasyikkan. Pikiran-pikiran lainnya serasa menghilang bak ditelan gelapnya malam yang sunyi oleh keheningan. Ini akan menjadi cerita tersendiri dalam lemabaran-lemabaran perjalanan hidup. Esok paginya, kami angkat kaki. Bergegas menuju kota perantauan kembali.
Malam harinya selepas santap, waktu dihabiskan dengan bernyani-nyanyi, carita-cerita dan candan-candaan ditemani api unggun yang menghangatkan dinginnya malam. Suara-suara gesekan daun diterpa angin, suara pesawat lalu-lalang, dan cahaya bintang dan bulan menjadi teman lain dalam malam panjang itu. Yang saya suka dari hal semacam ini adalah, saya seperti tak punya beban. Semua serba mengasyikkan. Pikiran-pikiran lainnya serasa menghilang bak ditelan gelapnya malam yang sunyi oleh keheningan. Ini akan menjadi cerita tersendiri dalam lemabaran-lemabaran perjalanan hidup. Esok paginya, kami angkat kaki. Bergegas menuju kota perantauan kembali.
Beda
momentum beda rasa. Moment hari ini tentunya akan berbeda dengan hari esok. Saya
besyukur bisa ikut dalam perjalanan kali ini bersama teman-teman seperjuangan
dibangku kuliah. Saya sudah kurang lebih tiga tahun bersama mereka, itu berarti
kebersamaan dengan mereka kurang lebih satu tahun lagi. Sebisa mungkin saya
harus menyempatkan waktu jika ada hal semacam ini lagi. Sekarang saja, yang hanya disibukkan dengan
kuliah sangat sulit untuk mendapatkan waktu, bagaimana nantinya jika telah
selesai kuliah, jika telah bekerja, jika telah berkeluarga, maka akan sulit
lagi menikmati kebersamaan tersebut.
Saya
pernah membaca, bahwa salah satu hal terbaik dari masa kuliah adalah kamu dapat
melihat kawan-kawanmu berkembang. Berkembang menjadi pribadi yang dewasa. Maka
itu saya menjadi orang yang termasuk beruntung, bisa menikmati kebersamaan
dengan kawan-kawan yang berproses menjadi dewasa.
Posting Komentar untuk "Air Terjun Parangloe: Antara aku dan Kebersamaan"